Icraf Indonesia – Pemkab Lutra Rampungkan Peta Jalan Kakao Lestari 2020 – 2045

oleh
oleh

Bupati Luwu Utara Indah, pada Seminar Nasional Kakao Berkelanjutan, di Hotel Four Point by Sheraton Makassar, Rabu (19/10/2022). (Ist)

UPOS, Makassar – Icraf Indonesia bersama Pemerintah Kabupaten Luwu Utara (Lutra), telah merampungkan Peta Jalan Kakao Lestari 2020 – 2045, sebagai bentuk komitmen dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pengembangan kakao. Mengingat, Kabupaten Lutra dikenal sebagai daerah penghasil kakao terbesar di Sulsel.

Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, mengungkapkan, PDRB Kabupaten Lutra ditopang dari sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 49 persen pada tahun 2022 (BPS, 2022). Hampir setengah dari PDRB pertanian didapatkan dari subsektor perkebunan, salah satunya adalah kakao.

“Pada tahun 2009, Kabupaten Luwu
Utara memiliki sekitar 56.000 hektar
kebun kakao namun saat ini
berkurang sampai 40.814 hektar
(BPS, 2021),” terang Indah, pada Seminar Nasional Kakao Berkelanjutan, di Hotel Four Point by Sheraton Makassar, Rabu (19/10/2022).

Ia menjelaskan, perkebunan kakao di Luwu Utara merupakan perkebunan kakao rakyat, yang dikelola langsung oleh petani. Adapun permasalahaan dari
pengelolaan skala kecil (small holder), antara lain serangan hama penyakit
tanaman yang berkontribusi pada
penurunan produktivitas, dan kualitas biji kakao yang dihasilkan petani.

“Kecamatan dengan kebun kakao paling luas antara lain di Kecamatan Baebunta Selatan, Malangke barat, Sabbang, dan Sabbang Selatan,” ujarnya.

Indah mengungkapkan, peta jalan terdiri dari skenario pembangunan, strategi, intervensi, dan indikator untuk mewujudkan visi Kakao Lestari, Rakyat Sejahtera. Terdapat lima strategi yang telah disepakati dalam peta jalan kakao lestari ini. Antara lain, alokasi dan tata guna lahan berkelanjutan, peningkatan akses masyarakat terutama petani kakao terhadap modal penghidupan, peningkatan produktivitas dan diversifikasi produk kakao, perbaikan rantai pasok yang berkelanjutan, dan insentif jasa ekosistem dari kakao berkelanjutan.

Mewakili Icraf Indonesia, Dr Beria Leimona, mengungkapkan, dalam penyusunan peta jalan kakao ini melibatkan penta helix. Selain itu, semua ide dasarnya datang dari bawah atau botttom up.

“Icraf berharap, semua kebijakan berbasis data yang kuat. Ini tentunya yang sangat digalakkan melalui monitoring dan evaluasi. Bagaimana kabupaten bisa berkontribusi terhadap wacana perubahan iklim, dan tuntutan konsumen dalam memilih produk berkelanjutan,” jelasnya.

Ia menambahkan, Icraf memperkenalkan pengembangan kakao secara agroforestri. Dimana, petani juga bisa menanam durian, aren, hingga peternakan madu. Hal ini menjadi salah satu sistem pertanian agar petani bisa terbantu.

“Kalau hanya mengandalkan satu tanaman, ekonomi petani kita akan hancur ketika terjadi perubahan iklim. Karena itu, harus ada diversifikasi untuk menopang kehidupan ekonomi mereka menjadi lebih stabil,” pungkasnya. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.