Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya).
Salah satu gangguan dalam produksi tanaman padi adalah serangan hama tikus. Pengendalian hama tikus merupakan tantangan terbesar bagi sebagian besar para petani. Tikus umumnya menyerang tanaman jagung pada fase generative atau fase pembentukan tongkol dan pengisian biji. Tongkol yang telah masak susu dimakan oleh tikus sehingga tongkol menjadi rusak dan mudah terinfeksi jamur. Bagian yang disukai tikus umumnya pada ujung tongkol sampai bagian pertengahan.
Hama tikus dapat merusak hingga 80 % tanaman padi pada satu petak dalam satu malam (1 hari). Hama tikus menyerang mulai akar, batang, daun, hingga bulir tanaman padi, sehingga tanaman padi tidak dapat berkembang.
Hal ini tentu menyebabkan kerugian yang tinggi bagi petani. Komunikasi antar kelompok tikus dan kemampuan belajar yang unik menyebabkan hama tikus cenderung sulit untuk diberantas dengan teknik biasa dan monoton.
Untuk itu dibutuhkan kombinasi perlakuan baik dari segi teknis yang meliputi penggunaan alat-alat mekanis dan non teknis yang meliputi kebersihan agar dapat mengendalikan hama tikus yang ada dipersawahan atau lahan pertanian.
Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk pengendalian terhadap gangguan hama tikus pada tanaman jagung. Berikut cara mengendalikan hama tikus pada tanaman jagung secara efektif.
- Pengendalian hayati
Tikus dapat dikendalikan dengan memanfaatkan predator berupa kucing, anjing, ular, burung elang, dan burung hantu. Penggunaan patogen sebagai agen pengendali tidak dianjurkan karena berdampak negatif terhadap manusia.
- Sanitasi
Pembersihan dan penyempitan pematang atau tanggul dapat dilakukan untuk membatasi tikus membuat sarang. Untuk itu, pematang atau tanggul dibuat dengan lebar kurang dari 40 cm.
- Mekanik
Pemagaran pertanaman dengan plastik, pemasangan bubu perangkap, atau gropyokan merupakan tindakan pengendalian mekanik yang dapat dilaksanakan untuk mengurangi populasi tikus.
Penggunaan bambu berukuran 2 m yang pada salah satu bubunya dilubangi, kemudian diletakkan di pinggir pematang saat terbentuknya tongkol sampai panen, dapat menipu tikus yang diduga sebagai lobang alamiah.
Tikus yang terperangkap kemudian dibunuh. Pengusiran tikus dapat pula dilakukan dengan bunyi-bunyian, tetapi bersifat sementara karena setelah itu tikus akan kembali lagi ke pertanaman.
- Kimiawi
Rodentisida yang biasa digunakan untuk mengendalikan tikus adalah umpan beracun. RMB yang banyak dipasarkan adalah Klerat, Storm, dan Ramortal. Emposan dengan menggunakan bahan fumigasi efektif menurunkan populasi tikus. Jenis bahan fumigasi yang biasa dipakai adalah hydrogen sianida, karbon monoksida, hidrogen fosfida, karbon dioksida, sulfur dioksida, dan metal bromida.