JAKARTA – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah memetakan berbagai ancaman teror dari sisi siber. Pemetaan itu dilakukan sebagai bentuk antisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Hasil pemetaan itu nantinya akan diserahkan kepada aparat kemanan.
Hal teresebut, diungkapkan oleh Kepala BSSN, Mayjen (Purn) TNI Djoko Setiadi, usai bertemu Mendagri Tjahjo Kumolo di kantor BSSN, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (18/5/2018).
“Kalau peta kan memang kita harus sesegera mungkin, sehingga menjadi masukan bagi aparat keamanan untuk mengantisipasi,” kata Djoko.
Dia juga mengatakan semua pihak wajib membantu pemerintah menyiapkan pegamanan dari aksi terorisme, tidak terkecuali lembaga yang dipimpinnya.
“Seluruh komponen lah bagi saya wajib hukumnya untuk mendetect, untuk membantu pemerintah dalam rangka menyiapkan keamanan dari gangguan teroris ini,” tambahnya.
Lebih jauh, Djoko menjelaskan, jika pihanya juga harus terlibat dalam upaya pengamanan dari aksi terorisme, khususnya untuk melindungi jaringan siber pemerintah dari berbagai serangan.
“BSSN ini kan kita dalam struktur organisasi sudah bagi-bagi. Tentunya yang paling utama bagi kita adalah untuk mengamankan jaringan pemerintah,” terang dia.
Diketahui, sejumlah aksi teror terjadi di Jawa Timur, Minggu 13 Mei lalu, pada tiga gereja di Surabaya di bom dan menyebabkan belasan orang meninggal dunia. Kemudian disusul ledakan di Rusun Wonocolo lantai 5 Blok B belakang Polsek Taman Sepanjang.
Lalu, bom juga meledak di depan Mapolrestabes Surabaya. Mapolda Riau turut jadi sasaran kelompok teror. Mereka menyerang polisi menggunakan senjata tajam dan menyebabkan beberapa korban berjatuhan, baik dari pihak Polri ataupun pelaku teror. (*)