Usai Ritual Mallekke Wae, SBL Luwu Gelar ‘Mappatemme Sikolah’

oleh
oleh

UPOS, Luwu– Usai menggelar ritual adat ‘Mallekke Wae’ sebagai salah satu tradisi budaya Luwu, Sekolah Budaya Luwu menggelar acara ‘Mappatemme Sikolah’ peserta belajar angkatan I di Baruga Arung Senga, Rabu (12/2/2020).

Sebanyak 47 peserta belajar yang berlatar belakang guru dan kepala sekolah TK dan tergabung didalam gelombang I mengikuti kegiatan Mappatemme Sikolah atau menammatkan sekaligus mengukuhkan peserta tersebut yang telah selesai mengikuti proses belajar di Sekolah Budaya Luwu.

Penjabat Sekda Luwu, Ridwan Tumba Lolo dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada para peserta dan berharap nilai-nilai budaya yang telah dipelajari dapat diteruskan secara berkelanjutan kepada anak didik sebagai bentuk pelestarian budaya.

“Selamat kepada ibu-ibu yang hari ini telah dikukuhkan dan dinyatakan telah berhasil mengikuti pendidikan budaya lokal di Sekolah Budaya Luwu. Tentunya kita tahu bersama, selama mengikuti proses belajar disekolah ini, telah banyak ilmu dan pengetahuan yang ibu-ibu dapatkan, baik itu melalui proses materi dalam ruangan maupun kunjungan langsung ke beberapa obyek budaya kita. Harapan pemerintah daerah kepada para peserta Sekolah Budaya Luwu agar ilmu yang didapatkan diteruskan kepada anak didik ibu-ibu sehingga terjadi proses pembelajaran secara berkelanjutan sehingga dengan berjalannya proses tersebut berarti kita telah ikut melestarikan budaya lokal kita agar tidak punah”, kata Ridwan Tumba Lolo.

Sementara itu salah seorang peserta yang dikukuhkan, Saptawati mengungkapkan rasa terima kasih dan kesyukurannya karena telah mendapatkan ilmu yang sangat berharga dalam kehidupannya.

“Ijinkan saya mewakili teman-teman peserta gelombang pertama mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh guru kami di Sekolah Budaya Luwu. Ilmu yang bapak dan ibu guru berikan sangatlah berharga. Selama ini saya dan teman-teman lainnya seringkali mengikuti prosesi adat budaya Luwu pada setiap kegiatan, namun makna dari prosesi itu baru kami ketahui setelah menimba ilmu selama delapan (8) minggu di Sekolah Budaya Luwu”, kata Saptawati.

Menurut Saptawati, Sangat berharganya ilmu budaya lokal untuk dilestarikan maka dirinya berharap bukan dari kalangan guru saja nantinya yang dapat menjadi peserta di Sekolah Budaya Luwu tetapi bisa dari berbagai kalangan.

“Kedepannya, harapan kami adalah seluruh masyarakat Luwu harus tahu tentang makna yang terkandung pada setiap prosesi adat Luwu terutama bagi kepala-kepala desa, karena yang sering melakukan prosesi adat itu adalah orang-orang yang ada di desa. Mereka hanya melakukan prosesi adat budaya, tetapi tanpa mengetahui apa makna yang terkandung di dalam prosesi tersebut”, lanjut Saptawati.

Kegiatan Mappatemme Sikolah yang digelar oleh Sekolah Budaya Luwu di bawah pimpinan Sharma Hadeyang selaku Ketua Yayasan dan AM Ajiegoena sebagai Kepala Sekolah dihadiri pula oleh para tokoh tokoh adat, seperti Opu Maddika Bua, Andi Syaifuddin Kaddiraja, Opu Patunru, Andi Muhammad Nur Palullu, Opu Maddika Ponrang, Andi Sana Kira, Arung Larompong, H Andi Pahri, Sanggaria Bajo, Andi Cory, Arung Lauwa, Mallarangeng Andi Attas, Rajeng Balo-Balo, H Andi Syaifullah dan Arung Senga, Andi Saddakati.(Rls)

No More Posts Available.

No more pages to load.