Rumah Adat, Wujud Prajurit Ada di Gowa

oleh
oleh

Arsitektur Rumah Adat. Pangdivif 3 Kostrad, Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo, meresmikan gedung kantor baru Persit KCK Divisi Infanteri 3. Jumat (22/10/2021). (Divif 3 Kostrad)

UPOS, Gowa – Rumah besar berbahan kayu itu tampak berdiri megah. Sisa-sisa cat kombinasi antara warna hijau, pada atap dan polesan cat kayu pada dinding dan tiang masih terasa basah.

Rumah panggung itu bagaikan menyembul dan menjadi berbeda di kelilingi bangunan permanen disekitarnya. Dibawahnya tampak taman-taman hias dan beberapa kolam ikan, menjadi pelengkap dan pemanis tampilan.

Sekali lihat, orang pasti tahu bahwa itulah bentuk rumah adat khas Gowa, Sulawesi Selatan. Lebih dikenal dengan Balla Lompoa, rumah besar yang aslinya adalah tempat bertahta Raja Gowa. Balla Lompoa kemudian menjadi rumah adat bagi etnis Gowa.

Tetapi bangunan besar itu bukanlah rumah adat, bukan pula tempat raja berkantor. Rumah itu adalah gedung kantor baru yang nantinya akan ditempati oleh Persit KCK Divisi Infanteri 3.

Posisinya berada di tengah-tengah asrama militer dari Divisi Infanteri 3 Kostrad TNI AD. Divisi yang tergolong baru ini, memang sedang berusaha menata kelembagaan termasuk semua infrastruktur. Gedung yang akan ditempati oleh Persit KCK ini adalah bagian dari hal tersebut. Sudah menjadi rencana, bahwa kantor baru bagi organisasi istri tentara ini dibuat dengan arsitektur rumah adat, khas Gowa.

Menurut sejarah Gowa sendiri adalah sebuah kerajaan besar yang pernah berjaya di Bumi Sulawesi Selatan. Banyak patriot yang lahir dari kerajaan ini, salah satunya adalah Sultan Hasanuddin yang kemudian diangkat sebagai Pahlawan Nasional.

Sejarah Gowa adalah sejarah kecintaan kepada nusantara dan ketangguhan melawan kolonialisme Belanda. Oleh karena itu sangat tepat jika meletakkan simbol kekuatan militer Indonesia, salah satunya di Gowa.

Sebagai sebuah kerajaan besar yang menguasai daerah-daerah perbukitan, daratan, dan juga lautan, maka semua karakteristik kerajaan tersebut menjadi sangat dekat dengan fenomena kehidupan alam. Wujud kekuatan itulah yang sekarang tampak dari kokohnya bangunan rumah adat Balla Lompoa, yang kemudian mengilhami Persit KCK untuk berkantor.

Semua bahan dasar Balla Lompoa terdapat dari alam. Kayu adalah yang utama, yang dulunya begitu mudah ditemukan dari sudut-sudut hutan yang masih lebat. Mungkin sekarang sudah sulit untuk didapat, tetapi yang jelas kayu adalah simbol kesatuan masyarakat dengan lingkungan alam, bentuk penyatuan dengan metode-metode yang ramah lingkungan. Filosofis ini juga yang ingin diambil oleh Persit KCK Divif 3 dengan mengadopsi Balla Lompoa.

Divif 3 sendiri adalah kesatuan khusus dari TNI AD, bagian dari militer Indonesia. Jiwa dari militer Indonesia adalah jiwa kerakyatan, tergambar dari slogan “Tentara Rakyat”. Inti slogan ini adalah kedekatan dengan rakyat, menyatu dengan rakyat dan berada di tengah-tengah rakyat.

Sebagai sebuah satuan tempur, Divif 3 Kostrad tentu tidak bisa melepaskan diri dari keterikatannya dengan rakyat ini. Oleh karena itu, nilai-nilai filosofis dan karakteristik sosial budaya dari masyarakat setempat harus menyatu dan bisa diinternalisasi oleh prajurit. Proses menginternalisasi ini bisa dilakukan dalam berbagai cara dan metode.

Membangun simbol-simbol kedaerahan adalah salah satu bentuk menginternalisasikan nilai-nilai tersebut, termasuk dalam hal ini membangun gedung perkantoran dengan arsitektur rumah adat setempat.

Mungkin ini terkesan simbolik dan sangat sederhana, tetapi maknanya jauh lebih besar. Secara filosofis, Balla Lompoa merupakan keyakinan masyarakat atas kekuatan 4 unsur yaitu tanah, air, api, dan angin. Ini sesuai dengan filosofis masyarakat yang terkenal dengan sebutan sulapa appa, yaitu upaya menyempurkan diri (Raodah, 2012).

Arsitektur Rumah Adat. Gedung kantor baru Persit KCK Divisi Infanteri 3, berada di tengah-tengah asrama militer dari Divisi Infanteri 3 Kostrad TNI AD. Jumat (22/10/2021). (Divif 3 Kostrad)

Keyakinan inilah yang terwujud dalam bentuk bangunan rumah adat

Bagi militer sendiri, makna-makna filosofis di masyarakat tersebut, tentu sudah mendarah daging pula. Tanah, air, api, dan angin adalah unsur utama pembentuk kehidupan. Prajurit dibesarkan oleh itu dan selalu berada dalam lingkaran tersebut.

Semua adalah batang kehidupan, nafas bagi penyelamatan dan kekuatan dalam bertugas. Karena itu, adanya rumah adat ini sebagai gedung perkantoran, bukan semata-mata tampil secara fisik, tapi bisa membangun jiwa dan semangat kemanunggalan prajurit bahwa ia berada di tengah rakyat.

Secara praktis gedung ini dipakai oleh Persit, tapi secara filosofis ia adalah kebanggaan bagi prajurit Divif 3. Bukti bahwa mereka berada di Tanah Gowa.

Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo
(Pangdivif 3 Kostrad). (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.