Dies Natalis UNM ke-57, Sumarsono: Saya Memimpin dengan Pendekatan Budaya

oleh
oleh
Pj. Gubernur Sulsel, Soni Sumarsono.(Foto : Hms)

UPOS, Makassar– Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan, Soni Sumarsono hadir pada Dies Natalis Universitas Negeri Makassar (UNM) ke-57 di Ballroom Theater Kampus UNM, Kota Makassar, Rabu (1/8/2018).

Dalam Dies Natalis ini juga hadir sejumlah Forkopimda Sulsel dan juga Arif Budimanta yang merupakan mantan Anggota DPR RI Komisi IX Bidang Perencanaan Pembangunan, Keuangan dan Perbankan, untuk memberikan orasi ilmiah. Adapun tema tahun ini “Transformasi Sistem Pendidikan Nasional di Era Industri 4.0”.

“Jujur secara pribadi saya berbahagia bisa menghadiri acara ini, selain silaturahmi, kedua ini juga terasa kayak rumah sendiri bagian dari Universitas Negeri Makassar, “sebut Soni Sumarsono.

Alumni Doktoral (S3) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini mengatakan, sebelum bertugas di Sulsel, bayangnya adalah Sulsel adalah daerah yang tidak ramah dan mencekam, namun, pandangan tersebut berubah setelah memimpin Sulsel selama sebulan.

“Saya liat, maping situasi, satu hingga tiga bulan kata orang Jakarta tidak terbukti. Adem ayem, seperti surga tidak ada apa-apa yang terjadi, “katanya.

Hal ini juga didukung oleh dunia kampus, baik sivitas, termasuk mahasiswanya. Ia pun menjelaskan bahwa memimpin Sulsel, Ia melakukan  pendekatan budaya, yang Ia sebut dengan 4S. Yaitu, melalui spirit-spirit Sipakalebbi, Sipakainge, Sipakatau dan Sipatokong. Sipakatau merupakan sikap yang memanusiakan manusia seutuhnya, dalam kondisi apapun. Sipakalebbi artinya sifat manusia yang selalu ingin dihargai. Maka sifat sipakalebbi ini adalah wujud apresiasi.

Selanjutnya adalah sikap sipakainge merupakan sifat saling mengingatkan dan Sipatokkong adalah sifat saling bekerja sama. Secara harfiah sipatokkong berarti berdiri secara bersama-sama.

“Kuncinya adalah pendekatan budaya dan silaturahim. Dengan mahasiswa pun demikian, bakar ban bukan solusi, kuncinya adalah dialog konstruktif, “ujarnya.

Ia juga berterima kasih atas kontribusi yang diberikan oleh UNM, melalui salah seorang dosennya, Arifin Manggau berhasil menciptakan mars Sulawesi Selatan.

Terkait tema yang ada, Era Industri 4.0 merupakan sebuah ancaman dan peluang untuk itu maka kampus harus mampu menciptakan lulusan-lulusan yang mampu memenuhi kebutuhan era dengan proyeksi lulusan mampu beradaptasi perubahan zaman. Namun, digitalisasi dan komputerisasi juga menjadi ancaman. Jangan sampai manusia tercabut dari nilai-nilai kemanusiaanya. Seperti kehilangan etika dan nilai sopam santun.

“Saat ini komputer sudah berpikir seperti manusia, namun kita mesti mewaspadai jangan sampai manusia berpikir seperti komputer, “ucapnya.

Untuk itu kampus-kampus yang ada di Sulsel harus mampu berubah, bertransformasi dengan baik dan mampu menjawab tantangan zaman. Rektor UNM, Prof Husain Syam menyampaikan pemetaan pengembangan UNM ke depan menerlukan konektivitas dan jejaring dengan berbagai bidang terkait baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Sering dengan perkembangan keilmuan dan tantangan yang dihadapi oleh lulusan dunia kerja saat ini, UNM merespon dengan pembukaan program studi baru sebanyak 10 prodi. Secara keseluruhan telah memiliki 102 prodi saat ini.

“Dalam satu tahun terakhir jumlah prodi dengan akreditasi A meningkat dari 14 prodi di tahun 2017 menjadi 31 prodi di tahun 2018. Hal ini berarti meningkat 114,2 persen, “sebutnya.

UNM perguruan tinggi dengan dukungan SDM terbaik ke lima PTN/PTS di Indonesia. Kekuatan SDM UNM secara keseluruhan berjumlah 1185 dosen.

Sementara itu, Arif Budimanta dalam orasi ilmiahnya menyampaiakan, dinamika industri dari 1.0 hingga 4.0 merupakan kehendak zaman yang harus dihadapi.

“Sesungguhnya sistem pendidikan memiliki peran penting agar civitas akademika,  terutama para dosen dan mahasiswa agar tidak hanya mampu beradaptasi,  tetapi juga berkompetisi,  bekerjasama dan menjadi bagian penting dalam memanfaatkan setiap perubahan, “paparnya.(Ujungpandang Pos/Hms)

No More Posts Available.

No more pages to load.