Ini Dia Hobi Gubernur Nurdin Abdullah

oleh
oleh

UPOS, Soppeng– Menjadi gubernur tentu memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk bisa menjamin daerah dan rakyat yang dipimpinnya bisa maju dan hidup sejahtera.

Meskipun memiliki jadwal yang padat dan waktunya banyak dimanfaatkan untuk kegiatan pengabdian pada masyarakat, sebagai Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah (NA) ternyata masih sering menyempatkan dirinya untuk menyalurkan kecintaannya pada tanaman.

Nurdin Abdullah disela jadwal kunjungan kerjanya di Kabupaten Sidrap dan Soppeng, 21- 22 November 2018 lalu, menyempatkan diri singgah di kampung halaman ibunya, di Desa Bulue, Kecamatan Mario Riawa, Kabupaten Soppeng. Desa ini juga merupakan letak objek wisata permandian air panas Lejja.

Di rumah masa kecilnya, yang kini menjadi resort dan hotel, di waktu sore, meninjau kebun yang terletak dibagian belakang seluas 13 hektar. Tumbuh pohon jenis mangga, jeruk, jambu dan juga semangka serta jagung.

NA menceritakan, dia menanam sejak tahun 1994. Sambil berjalan, sesekali singgah memetik dan menikmati buah secara langsung, Dia bercerita tentang kebun ini dan hobinya berkebun.

“Ini 13 hektar, mangga semua saya tanam dari tahun 94 dan ini tumbuh tidak ada masalah. Dulu pendek -pendek, kita bersilah begini tinggal ambil mangga, 2,5 tahun sudah berbuah, “kata Nurdin Abdullah.

Dia berkebun setelah pulang dari Jepang menempuh pendidikan disana.

Sesaat kemudian, beberapa teman masa kecilnya bergabung.

“Maega na buah na (sudah berbuah banyak), “ucapnya NA sambil mengupas mangga gedong gincu yang dia bagikan kepada yang lain.

Di kebun ini, mangga gedong gincu yang bibitnya didatangkan dari Jawa Barat ini hanya ada dua pohon. Jenis lainnya harum manis, manalagi, mangga madu.

“Yang saya lupa kembangkan itu mangga kanrejawa, ada mangga golek, yang sudah hilang itu mangga kaliki (mangga pepaya), “sebut NA.

NA melanjutkan, memilih menanam mangga karena tempat ini dahulunya tumbuh alang- alang (ilalang), ingin menghijaukan dengan tanaman produktif dan bukan tanaman tahunan.

NA mengenang, saat itu bersama istri berangkat subuh dari Makassar di mobilnya penuh bibit mangga, mereka kumpulkan sesuai jenisnya, sore hari kembali ke Makassar. Waktu itu belum ditanam tetapi dilakukan adaptasi terlebih dahulu.

“Jadi kita kumpul dulu, kita pisahkan masing- masing jenis. terus bawa anak-anak ke sini nanam, anak saya masih kecil, ini kita tanamam sendiri,” sambil menujuk ke arah hamparan pohon- pohon.

Akademisi dari Universitas Hasanuddin ini, tahun lalu, juga menanam 100 pohon rambutan.

Dia memperlihatkan pohon lainnya, pohon jeruk Bali yang bibitnya diambil dari daerah Padang Lampe, Ma’rang, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Serta sebuah danau kecil untuk mengairi tumbuhan ini. Pemandangan yang ada di waktu sorepun begitu indah, kebunnya berbukit, banyak burung walet beterbangan.

Hasil kebun ini tidak dijualnya, diperuntukan untuk kegiatan sosial, misalnya, dikirim ke panti- panti asuhan, atau diberikan ke tamu-tamu yang datang. Namun, bagi mereka yang mengelolah kebun ini, oleh NA sebagai pemilik dibebaskan untuk memanfaatkan hasil kebun yang ada, termasuk untuk dijual dan hasilnya untuk mereka dan keluarga.

Manfaat berkebun bagi NA, selain untuk refresing juga bentuk kecintanyaan pada lingkungan. Tidak ingin melihat tanah menjadi gundul.

“Karena gini, pohon ini jangan dianggap enteng. Hujan airnya tidak mengalir ke sungai, tetapi meresap ke bawah, karena perakarannya bagus. Inikan menyimpan air, sebagai groundwater storage, tuhan itu sudah mengatur tata air kita, jadi pada saat musim hujan air tersimpan. masuk kemarau air mulai digunakan, “paparnya.

Walaupun sejak menjadi pejabat pemerintahan, Dia jarang ke tempat ini, berbeda saat masih sebagai pengusaha, hampir setiap hari mulai Jum’at hingga Minggu ke tempat ini bersama istri dan anak- anaknya.

“Ke sini, saya selama jadi pejabat negara dihitung jari kesini, waktu jadi pengusaha setiap Jum’at, Sabtu dan Minggu saya sama anak anak di situlah tempat saya komunikasi dengan anak-anak, “sebut mantan Bupati Bantaeng dua periode ini.

NA menceritakan masa kecilnya, Ibunya lahir di daerah Poro, Desa Bulue, Kabupaten Soppeng. Sedangkan ayahnya seorang Danramil, asli dari Kabupaten Bantaeng.

“Memang baru banyak yang tahu saya orang Soppeng. Bapak saya Danramil di sini, akhirnya berkebun di sini, “kenangnya.

NA kemudian memperkenalkan sahabat-sahabat kecilnya, mereka bernama Sudirman dan Nari, teman sekolah dan bermain NA. Hobi mereka mencari ikan dan jambu di hutan.

“Ini letting saya ini, ketua kelompok tani, ini seperjuangan kita, ini dulu kita cari ikan pakai racun ikan pakai akar tuak, itu kalau kita pukul- pukul lalu disebar pingsan semua, tapi ikannya tidak mati, “kenangnya.

Sahabat- sahabat NA juga tidak mau kalah bercerita, mereka menyebut NA sosok yang kuat.

“Kami pak sejak kecil sama- sama, suka cari jambu, berenang, Pak Nurdin yang suka manjat, dia orang kuat. Kami juga teman sekolah umur sampai 10 tahun, “ungkap Sudirman.

Sekira setengah jam NA berkeliling kebun, memetik buah dan memakannya secara langsung.

“Indonesia ini serpihan surga, na begini mi (beginilah) surga nanti ini, “ujarnya.(Ujungpandang Pos/Hms)

No More Posts Available.

No more pages to load.